Monday, December 13, 2010

Ujian Akhir Komunikasi Interpersonal Francisca Hanna (03619)

UJIAN AKHIR SEMESTER KOMUNIKASI INTERPERSONAL
14 DESEMBER 2010
Francisca Hanna (03619)

1. Sebelum saya mulai menganalisis mengenai KNV (Komunikasi Non Verbal) di antara mahasiswa FISIP Atma Jaya Yogyakarta saya mencantumkan materi yang pernah di bawakan pada mata kuliah Komunikasi Visual, semester empat oleh pak Gogor Bangsa. Materi yang dibawakan juga merupakan salah satu referensi dalam pembuatan makalah saya dan memiliki keterkaitan dengan tugas Ujian Akhir Semester Komunikasi Interpersonal. Teori Mehrabian sebelumnya pernah dibawakan oleh pak Gogor Bangsa di kuliah Komunikasi Visual pada pertemuan ke- 6, 10 Maret 2010.

Albert Mehrabian (lahir 1939, Guru Besar Emeritus Psikologi UCLA), dikenal akan publikasinya tentang pentingnya hubungan antara pesan verbal dan non-verbal. Temuannya mengenai inkonsistensi pesan mengenai perasaan dan sikap telah dikutip melalui berbagai seminar di berbagai belahan dunia dan dikenal dengan Hukum 7%-38%-55%.

Tiga Elemen Komunikasi dan Hukum 7%-38%-55%
Dalam penelitiannya, Mehrabian (1971) menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, bahwa ada tiga elemen dalam komunikasi langsung (face to face):
*   Tulisan
*   Intonasi Suara
*   Bahasa Tubuh
Kedua, elemen non verbal yang sangat penting untuk mengkomunikasikan perasaan dan sikap, khususnya ketika terjadi ketidakselarasan: jika kata dan bahasa tubuh tidak sesuai, maka orang akan lebih condong percaya pada bahasa tubuh.
Ini menekankan bukan pada kasus bahwa elemen non verbal dalam segala pengertian selalu membawa bongkahan pesan, seolah-olah seperti yang sering disimpulkan orang selama ini.
Ketika menyampaikan suatu presentasi, sebagai contoh, materi berupa teks dari presentasi disampaikan seutuhnya secara verbal, namun isyarat-isyarat non verbal sangatlah penting dalam membawakan sikap pembicara berkenaan dengan ucapan yang dia sampaikan, dalam hal ini lebih meyakinkan.

Sikap dan keselarasan
Menurut Mehrabian, ketiga elemen ini memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda dari kecenderungan seseorang untuk menyampaikan pesan: kata-kata berperan 7%, intonasi suara berperan 38% dan bahasa tubuh 55%. Seringkali disebut sebagai 3V (Verbal, Vocal dan Visual).
Untuk komunikasi yang efektif dan bermakna untuk perasaan, tiga bagian pesan ini perlu saling mendukung satu sama lainnya – ketiga bagian ini semestinya “selaras”. Dalam kasus jika terjadi “ketidakselarasan”, maka penerima pesan bisa jadi terangsang oleh dua pesan yang datang dari dua saluran yang berbeda, memberi dua kesimpulan dari dua arah yang berbeda.
Contoh berikut barangkali dapat membantu mengilustrasikan ketidakselarasan komunikasi verbal dan non-verbal.
1.     Verbal: “Aku tidak punya masalah denganmu!”
2.     Non-verbal: orang tersebut menghindari kontak mata, nampak cemas, bahasa tubuh bersikap menutup/melindungi diri dan sebagainya.
Maka jadilah si penerima pesan lebih percaya pada bentuk komunikasi yang lebih dominan, yang mana Mehrabian menemukan bahwa non-verbal memiliki prosentase 38 + 55%, lebih dibanding dengan makna literal dari kata-kata (7%).

Penting untuk disampaikan bahwa dalam masing-masing studi, Mehrabian melakukan eksperimen untuk membagi komunikasi dalam perasaan dan perilaku (contoh: suka – tidak suka), dan pengaruh karena ketidaksesuaian proporsi antara intonasi suara dan bahasa tubuh berpengaruh hanya pada saat situasi yang mendua/ambigu. Keadaan ambigu tersebut muncul seringkali ketika kata-kata yang terucap tidak selaras dengan intonasi suara dan bahasa tubuh dari si pembicara (pengirim pesan).

Kesalahtafsiran atas Hukum Mehrabian
Hukum 7%-38%-55% telah banyak ditafsirkan berlebihan, beberapa orang menganggap bahwa dalam berbagai situasi komunikasi, makna dari sebuah pesan lebih banyak dibawa oleh isyarat-isyarat non-verbal, bukan dari makna kata-kata. Penyamarataan ini, mula-mula sudah ada sejak dari kondisi yang sangat spesifik dalam eksperimennya, yang mana disebut sebagai kesalahan dasar di seputar Hukum Mehrabian.
Untuk itu Mehrabian memberi pernyataan yang jelas mengenai hal ini sebagai berikut:
*   7% makna berasal dari kata-kata yang terucap
*   38% makna berasal dari paralinguistik (cara mengucapkan kata-kata atau intonasi suara)
*   55% berasal dari ekspresi wajah atau bahasa tubuh.
Sumber : gogorbangsa.wordpress (akses 14 April 2010)

Di samping itu, pada mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi semester awal juga disinggung mengenai komunikasi nonverbal dan berhubungan dengan Teori Mehrabian. Dari sinilah saya akan memulai manganalisis jenis komunikasi non verbal di antara mahasiswa FISIP Atma Jaya Yogyakarta. Dari beberapa wilayah kajian dalam komunikasi nonverbal hanya terdapat beberapa yang cenderung seringkali dilakukan yaitu : proxemics
(orientasi jarak), territoriality (orientasi ruang), oculesic (kontak mata), facial expression (mimik wajah), kinesic (bahasa tubuh) dan parabahasa (intonasi, kecepatan berbicara. Hanya saja jika dipersempit dengan kategori “sering dilakukan” maka territoriality digolongkan sebagai bentuk yang jarang dilakukan dibandingkan dengan yang telah disebutkan di atas.

1.      Proxemics (Orientasi jarak)
Terdapat beberapa spasial dalam dalam aspek ini yaitu :
Klasifikasi jarak oleh Edward T. Hall
Intimate zone (kurang dari 18 inchi)
Personal zone (18 inchi sampai 4 kaki)
Social zone (4 – 12 kaki)
Public distance (12 kaki)
Spasial yang paling sering digunakan adalah personal zone, kesimpulan tersebut diambil dari pengamatan komunikasi non verbal di FISIP, seringkali terlihat bahwa dalam berkomunikasi mahasiswa berada dalam jarak antara 18 inchi sampai 4 kaki dalam komunikasi interpersonal maupun ketika berkelompok, ada berbagai hal yang menyebabkan itu terjadi misalnya karena ruang dari kampus yang terbatas dengan jumlah mahasiswa yang banyak atau jarak tersebut merupakan jarak yang lazim digunakan tetapi suatu waktu keadaan kampus agak lengang ternyata kedekatan tidak berkurang malah tetap atau semakin bertambah dalam artian bahwa mahasiswa FISIP dalam kegiatan komunikasinya cenderung mempersempit jarak untuk mendukung proses komunikasi yang dilakukan dan jarak personal zone yang digunakan merupakan jarak yang lazim untuk komunikasi interpersonal.

2.     Oculesic (kontak mata)
Berkenaan dengan fokus kontak mata dan cara memandang, sekalipun berada di dalam wilayah intim dalam jarak tetapi kontak mata tidak selalu difokuskan kepada lawan bicara kemungkinan besar terjadi akibat budaya khususnya budaya Jawa yang menganggap tidak sopan ketika memandang mata terutama jika berhadapan dengan orang yang lebih tua. Akan tetapi dalam pengamatan ada mahasiswa yang melakukan kontak mata ketika melakukan pembicaraan serius (terlihat dari mimik wajah) atau bukan merupakan orang Jawa dan mahasiswa yang tidak menetap di Jawa khususnya Yogyakarta.


3.     Facial Expression (mimik wajah)
“Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna. Dalam beberapa detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusasaan. Kita menelaah wajah rekan dan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan mereka pada gilirannya, menelaah kita.” Dale G. Leathers (1976 : 21), ahli komunikasi nonverbal dalam Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat.
Ekspresi wajah berperan besar dalam menangkap emosi dari lawan bicara dan inilah yang terjadi dalam proses komunikasi mahasiswa FISIP. Ketika sedang berbicara, mimik muka menggambarkan apa yang sedang dibicarakan dan diungkapkan, misalnya ketika mendengar informasi tugas kuliah yang menumpuk seringkali wajah terlihat kaget bahkan dengan mata melotot, saya pun mengalaminya juga. Ungkapan kekagetan tercermin dari wajah, berbeda pada saat kuliah ditiadakan karena dosen memiliki keperluan tersendiri ekspresi yang ditampilkan menyiratkan kelegaan terutama jika pembatalan jadwal kuliah pagi atau malam ekspresinya lebih bahagia.
Pengalaman pribadi saya terkadang ketika berkomunikasi saya kurang menangkap emosi lawan bicara karena saya tidak cermat dalam mempersepsi dan hal itu terjadi pada beberapa teman di FISIP sehingga menimbulkan kesalahpahaman seperti saya menangkap bahwa lawan bicara sedang kesal padahal dia biasa saja atau memang mimik muka dia seperti itu, kesalahan seperti itu membuat saya jadi berbicara dengan sangat hati-hati padahal itu tidak perlu dilakukan, di samping itu semua ekspresi wajah memang menjadi bagian penting dalam mengetahui kondisi emosi seseorang.

4.      Kinesic (bahasa tubuh)
Dalam buku Komunikasi Antarbudaya, Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat dikatakan bahwa  ahli-ahli kinesika (studi komunikasi lewat gerakan tubuh) tidak memiliki kesiapan dalam mengungkapkan suatu perbendaharaan isyarat yang tepat. Penelitian yang dilakukan dengan merekam perilaku bertujuan untuk mencari pola-pola dalam konteks bukan isyarat yang bermakna tunggal, dikatakan juga bahwa konsep makna sangatlah rumit karena tidak dimaksudkan memaknakan sesuatu. Salah satu acuan yang dapat digunakan untuk menggambarkan makna adalah gerakan mata walaupun reaksi kita hanya berdasarkan intuisi. Di FISIP sendiri bahasa tubuh sering digunakan contohnya ketika melihat papan pengumuman bahwa tidak dapat mengikuti UAS karena presensi tidak mencapai 75 % maka menggerakkan tangan memukul kening atau menarik rambut sendiri untuk menggambarkan kekecewaan dan mengepalkan dua tangan atau meloncat ketika melihat nilai semester memuaskan. Faktor budaya juga turut mempengaruhi bahasa tubuh oleh karena itu kesimpulan yang saya tarik pun hanya penggambaran secara umum.

5.      Parabahasa (intonasi, kecepatan berbicara)
Untuk parabahasa pasti tidak lepas dari faktor budaya masing-masing daerah, mahasiswa FISIP bersal dari berbagai daerah di Indonesia dan memiliki karakteristik parabahasa masing-masing, terlihat dari bagaimana cara berkomunikasi mahasiswa FISIP terdengar berbagai logat, intonasi dan kecepatan berbicara yang berbeda-beda. Pada umumnya mahasiswa asli Yogyakarta berbicara dengan intonasi sedang, cenderung pelan bagi perempuan tetapi karena sering berkomunikasi dengan mahasiswa dari luar Yogyakarta maka ketika berbicara pun mengikuti teman-teman sehingga intonasi agak keras dan cepat.

2. Komunikasi interpersonal tatap muka dan komunikasi interpersonal bermedia pada dasarnya memiliki karakteristik tersendiri tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keduanya sama-sama memiliki kelemahan dalam kesuksesan komunikasi interpersonal. Oleh karena itu saya menyimpulkan keunggulan dan kelemahan dari komunikasi interpersonal tatap muka dan bermedia yaitu :
Keunggulan dari komunikasi personal tatap muka adalah :
a.      Walaupun sangat tradisional tetapi dengan komunikasi tatap muka mutual understanding tinggi karena dapat menangkap makna komunikasi nonverbal di dalamnya seperti petunjuk artifaktual (penampilan) dan proxemics.
b.      Keintiman atau kedekatan dalam jarak secara langsung dapat menimbulkan pemahaman mendalam terhadap lawan bicara.
c.       Tingkat kepercayaan tinggi karena berhadapan langsung tanpa perantara apapun.
d.       Kesan-kesan terhadap lawan bicara mudah diperoleh karena bertemu muka sehingga dapat menangkap maksud yang digambarkan melalui misalnya tatapan mata (bahasa tubuh)
Keunggulan dari komunikasi interpersonal bermedia adalah :
a.      Komunikasi dapat berjalan lancar dan tetap bersifat interpersonal meskipun tidak dalam ruang dan waktu yang sama.
b.      Lebih interaktif khusunya di jaman sekarang dengan adanya internet feedback pun dapat pada saat itu juga.
c.       Dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja dengan persetujuan komunikator dan komunikan tanpa harus bertatap muka sehingga mudah dan cepat.
d.      Bentuk komunikasi yang tersedia tidak hanya suara saja tetapi juga bisa dengan video maupun tulisan sehingga memudahkan untuk dapat memilih fasilitas yang ada.


Sedangkan kelemahan dari komunikasi interpersonal tatap muka dan bermedia yaitu :
Komunikasi interpersonal tatap muka :
a.      Kesalahan persepsi dapat menimbulkan kesalahpahaman dan pada akhirnya berujung pada perdebatan yang mengandung unsur subjektif.
b.      Prinsip komunikasi interpersonal yang tidak dapat dielakkan dapat menimbulkan keraguan terutama jika komunikasi nonverbal tidak sejalan dengan komunikasi verbal.
c.       Komunikator dan komunikan harus meluangkan waktu untuk dapat berkomunikasi tatap muka sehingga aktivitas dihentikan bahkan menjadi tidak optimal karena dilakukan sambil bertatapn muka.
d.      Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang saling melengkapi, otomatis emosi pelaku komunikasi saling mempengaruhi sehingga jika emosi negatif seperti marah dan kesal dapat menimbulkan reaksi yang smaa dari lawan  bicara sehingga dapat menggagalkan proses komunikasi.
Komunikasi interpersonal bermedia :
a.      Dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam persepsi pesan yang disampaikan karena tidak bertemu langsung.
b.      Klarifikasi kesalahan juga dapat menyebabkan persepsi yang keliru sehingga proses pelurusan masalah tidak hanya dilakukan sekali dalam komunikasi interpersonal bermedia.
c.       Menuntut untuk mengetahui teknologi seperti pengetahuan internet, membaca dan menulis, menyebabkan orang yang biasa melakukan komunikasi tatap muka kesulitan dalam berkomunikasi.
d.      Kurangnya privacy karena isi (content) komunikasi dapat diketahui oleh orang lain misalnya surat yang dibaca oleh orang lain tanpa seijin pemilik serta account pada internet dapat dibajak juga beresiko tinggi.


Penilaian saya terhadap komunikasi bermedio dalam konteks komunikasi virtual khususnya internet di sini saya memilih facebook sebagai bahan penilaian saya. Alasan saya memilih facebook bukan hanya sekedar sedang pop di Indonesia melainkan cukup mewakili fasilitas yang disediakan internet. Saya akui bahwa saya juga pengguna facebook dan memiliki account, akan tetapi saya tidak terlalu open dalam memberikan informasi setelah membaca privacy policy yang dikeluarkan oleh facebook. Situs jejaring sosial ini baik untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai teman, sahabat dan keluarga kita serta informasi terbaru yang sedang terjadi, tetapi memiliki resiko tinggi karena informasi kita dapat diketahui dan bisa disalahgunakan. Disamping itu karena dapat diakses oleh banyak orang maka tidak menutup kemungkinan yang mengakses situs ini adalah orang yang tidak memiliki pengetahuan mendalam mengenai akibat negativf dari facebook sehingga dapat menjadi korban penipuan seperti yang sering terjadi sejak facebook menjadi media komunikasi yang trend di Indonesia.
Anak-anak pun dapat menjadi korban bukan hanya korban penipuan tetapi juga masa kecil yang terbengkalai karena kecanduan facebook sehingga interaksi di dunia nyata berkurang dan kegiatan psikomotorik serta kognitif tidak aktif. Foto-foto yang terdapat di dalam facebook pun dapat digunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab sehingga menimbulkan masalah. Bukan hanya sampai di sini saja, permasalahan akibat kalimat-kalimat yang di postingpun menimbulkan pertengkaran dan tidak jarang terjadi. Bukan menilai bahwa facebook tidak baik melainkan menggunakan fasilitas tersebut dengan cermat dan hati-hati.
Internet khususnya facebook sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita dan memang diperlukan di jaman yang serba membutuhkan kecepatan informasi seperti sekarang hanya saja mengandalkan facebook sebagai pusat informasi dan komunikasi harus disertai dengan pertimbangan agar tidak menimbulkan pandangan yang negatif dan kesalahpahaman. Penyalahgunaan facebook sebagai bagian dari komunikasi virtual dapat dikurangi dengan kesadaran akan pentingnya pengetahuan dalam menggunakan facebook sebagai media komunikasi.

Sumber :
Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya : Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Edisi Revisi ke-10. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2006 

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi ke-24. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007.

Modul materi komunikasi visual, gogorbangsa.wordpress

Catatan materi mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi milik pribadi.

Tuesday, September 21, 2010

Model Komunikasi Interaksional




Schramm’s Interactive Model, 1954


A. Latar Belakang

Wilbur Schramm (1954) merupakan orang pertama yang mengubah model Shannon and Weaver. Ia memiliki konsep decoding dan encoding sebagai aktivitas yang dilakukan secara simultan oleh pengirim dan penerima, Wilbur juga membuat ketentuan-ketentuan untuk pertukaran dua arah pesan.
B. Kekuatan
  • Schramm memberikan gagasan tambahan “field of experience”, atau kerangka acuan psikologis, hal ini merujuk pada jenis orientasi atau sikap dari interactants (orang yang berinteraksi) mempertahankan terhadap satu sama lain.
  • Termasuk Feedback

          Komunikasi timbal balik, dua arah, meskipun umpan balik mungkin tertunda :
  1. Beberapa metode-metode komunikasi yang sangat langsung, seperti ketika Anda berbicara dan direspon langsung oleh seseorang.
  2. Bentuk lain yang cukup langsung seperti menggeliat ketika pembicara terus menerus bericara, mengerutkan hidung dan menggaruk kepala bila pesan terlalu abstrak atau mengubah posisi tubuh anda ketika anda berpikir bahwa sudah giliran anda berbicara.
  3. Masih jenis lain umpan balik yang  sama sekali tidak langsung.

    Contoh :
  1. Politisi menemukan kalau mereka mendapatkan pesan mereka di seluruh dengan jumlah suara pada hari Selasa pertama di bulan November.
  2. Sponsor komersial menguji angka penjualan untuk mengukur efektivitas komunikatif mereka dalam iklan.
  3. Guru mengukur kemampuan mereka untuk mendapatkan materi di dalam program tertentu dengan melihat berapa banyak siswa itu mendaftar untuk semester berikutnya.
  • Termasuk Konteks : 
  1. Sebuah pesan dapat memiliki arti yang berbeda, tergantung pada konteks tertentu atau pengaturan.                
  2. Berteriak ”Tembak!“  menimbulkan reaksi yang berbeda-beda apabila dilakukan di tempat yang ramai.
  • Termasuk Budaya :

  1. Sebuah pesan dapat memiliki arti yang berbeda terkait dengan itu, hal tersebut tergantung pada kebudayaan atau masyarakat. Sehingga sistem komunikasi beroperasi dalam batas-batas budaya yang telah dididikkan kepada masyarakat.                  

C. Kelemahan
Model Schramm’s sementara ini kurang linear, masih menggunakan konsep komunikasi yang dilakukan oleh dua pihak. Kompleksitas komunikasi antara berbagai sumber melampaui model ini.



Sumber :
www.shkaminski.com/Classes/Handouts/Communication%20Models.htm (akses pada 18 September 2010)